Antara al-Qiyadah al-Islamiyyah dan Intelijen

Pada umumnya masyarakat kaum muslimin melihat fenomena al-qiyadah al-Islamiyyah semata-mata dari kaca mata keagamaan. Saya akan mencoba melihat fenomena ini dari fenomena gerakan. gerakan islam selalu berhadapan dengan penguasa yang menolak syari’at.

Dari sinilah saya mencari benang merah antara usaha intelijen untuk mematikan gerakan islam dengan fenomena al-Qiyadah al-Islamiyyah.

Ajaran Pokok al-Qiyadah Al-Islamiyyah

Seperti yang telah diinformasikan oleh banyak media, saya memandang ajaran al-Qiyadah al-Islamiyyah yang paling pokok adalah pengakuan Ahmad Musaddeq sebagai rasul atau utusan Allah. Sebagai akibat dari pengakuan ini maka setidaknya ada tiga hal yang muncul, yaitu; Pertama, syahadat yang dibacanya pun harus mengalami perubahan. Kedua; Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak diyakini sebagai rasul terakhir, melainkan rasul untuk bangsa Arab.

Tentang Syahadat kita sudah mendengar di televisi, Asyhadu Alla ilaha illallah (tiada ilah selain Allah) wa Asyhadu annaka al-masih al-Maw’ud rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Anda adalah al-Masih al-Maw’ud utusan Allah).

Perubahan syahadat ini membawa dampak yang sangat besar bagi keyakinan mereka. Sebab Rasul adalah orang yang membawa amanah syari’at, dan berhak menentukan syari’at, maka pada akhirnya mereka pun memiliki syari’at tersendiri.

Pada kenyataannya memang demikian, bahwa Rasul al-Qiyadah al-Islamiyah yakni Musaddeq tidak mewajibkan shalat lima waktu, puasa, zakat, maupun haji. Shalat yang diwajibkan hanya shalat malam.

Ummat Islam meyakini bahwa Muhammad Rasulullah adalah Rasul terakhir untuk semesta alam. Kerasulan beliau berlaku tanpa dibatasi oleh waktu maupun geografi. Dasar keyakinan itu disebutkan di dalam al-Qur’an, “Tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”. Nah untuk menanamkan keyakinannya Musaddeq harus menghapus keyakinan ini dan menanamkan doktrin bahwa Nabi Muhammad hanya untuk bangsa Arab. Dan kerasulan sekarang diamanahkan kepada dirinya.

Anehnya, meskipun merasa dirinya sebagai rasul, tetapi tetap mengambil al-Qur’an sebagai kitabnya. Untuk menutupi keanehan ini ia membuat bualan bahwa al-Qur’an tinggal tulisanya, sementara ruhnya sudah hilang. Dengan dalih ini ia bebas mengatakan bahwa dirinya diutus untuk mengembalikan ruh Qur’an. Maka sebagai realisasinya ia menyusun tafsir dan ta’wil berdasarkan keinginan nafsunya.

Akibat selanjutnya, dari keyakinan al-Qiyadah al-Islamiyah, karena menganggap diri mereka sebagai kelompok yang benar maka kelompok lain diangap salah. Lebih jauh, bahkan dianggap kufur.

Tetapi sebenarnya yang kufur bukan kaum muslimin yang lain, justru dirinya sendiri telah kufur, karena menganggap ada Rasul setelah nabi Muhammad, padahal Rasul bersabda, laa nabiyya ba’di (tidak ada nabi setelahku). Allah berfirman, walakin khaatamin nabiyyin… (tetapi engkau adalah penutup para nabi).

Doktrin kekufuran umat islam pada umumnya bukan hanya dimulai oleh al-qiyadah al-islamiyah. Sebelumnya faksi dalam NII (HITAM) KW-IX sudah memulai klaim seperti itu. Terlebih adalah NII KW-IX, dengan alas an kekufuran orang lain, maka bisa saja mencuri untuk kepentingan perjuangan mereka.

Antara Al-Qiyadah al-Islamiyyah dan NII KW IX

Berdasarkan sekian banyak fakta, lalu ketika secara sekilas, melihat sosok al-Musaddeq, saya teringat Abu Toto alias Syaikh Panji Gumilang. Apalagi setelah membaca lebih jauh bahwa nama asli Musaddeq adalah H. Abdus Salam. Maka setidaknya pertanyaan apakah Abu Toto sudah keluar dari KW IX lalu membuat ajaran baru?

Kemudian dikuatkan lagi, ketika saya berselancar di dunia maya menemukan informasi bahwa sebelumnya Musaddeq pernah bergabung dengan NII KW IX, tetapi tidak puas, lalu bertapa dan mendapat wahyu. Di sana pula dia juga menganggap Kartosuwiryo sebagai nabi. Sayang, saya lupa di mana pernah baca itu. Silakan pembaca searching sendiri, pakai google atau yahoo, atau yang lainnya. Atau coba cari di myqur’an.

Tetapi anggapan bahwa al-Musaddeq itu adalah Abu Toto sirna dengan penjelasan bahwa ia bergabung dengan NII KW-IX hanya 10 tahun. Kalau ia mendapatkan wahyu tahun 2006, artinya ia bergabung dengan NII KW-IX adalah tahun 1996. Sementara Abu Toto sudah mengajarkan ajaran sesatnya di NII KW-IX sejak sebelumnya.

Meskipun demikian, timbul dugaan kuat dalam diriku bahwa al-Musaddeq ini dalam mengembangkan ajarannya tetap menggunakan link NII KW IX, mengingat begitu cepatnya mendapatkan pengikut. Bayangkan dalam 1 tahun sudah mendapatkan pengikut sebanyak 40 ribu, di berbagai kota. Padahal Rasulullah saja, dalam 10 tahun di Makkah saja hanya beberapa orang. Saya berda’wah lebih dari 10 tahun, hanya beberapa orang saja, itupun tidak terbina dengan mapan. Sementara dia dalam 1 tahun sudah ribuan, luar biasa….

Proyek intelijen

Bukan tidak mungkin adanya al-Qiyadah al-Islamiyyah adalah sebuah proyek intelijen. Proyek ini khususnya adalah untuk menghabisi ideologi NII (Negara Islam Indonesia warisan Kartosuwiryo) yang masih banyak diikuti oleh kaum muslimin di Indonesia. Siapapun yang membaca sejarah tentu memahami betapa gigihnya perjuangan tentara NII. Kegigihan ini menggentarkan tentara kaum abangan, sehingga mereka mencari cara untuk menghancurkan musuh tanpa melalui peperangan. Kemudian alternatifnya adalah operasi intelijen, yang dilakukan dengan dua cara, yaitu pembusukan dan penyesatan.

Munculnya dugaan demikian tidak berlebihan mengingat berbagai operasi intelijen dilakukan untuk menghabisi gerakan NII ini. Sebagai contoh gerakan pembusukan jihad, adalah proyek Warsidi di Lampung, Komando jihad di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah dan lain-lain. Dalam kasus tersebut kaum muslimin didorong untuk melakukan jihad, bahkan disediakan senapan. Saying senapan-senapan itu tidak disertai dengan peluru sehingga ketika digrebeg mereka tidak bisa melawan. Tetapi ada bukti nyata untuk dituduh sebagai gerakan separatis, pemberontak atau apalah namanya, karena mereka punya senjata.

Selain operasi tersebut, intelijen juga membuat penyesatan dari dalam dengan memasukkan unsur sesat atau menumbuhkan alairan sesat. Seperti munculnya Isa Bugis, NII versi KW IX, Lembaga kerasulan dan lain-lainnya. Munculnya aliran sesat ini menguntungkan lawan NII, karena pertama NII pecah, dan kedua masyarakat otomatis akan memusuhinya.

Karena intelijen merasa kesulitan untuk menghancurkan NII, ia perlu bantuan masyarakat luas. Lalu dibuat scenario dengan melahirkan NII KW IX. Tetapi karena masyarakat masih kurang respon terhadap kesesatan KW IX, maka dibuat aliran yang lebih sesat lagi, sampai mengaku dirinya sebagai nabi segala… Allahu a’lam.